Minggu, 24 Mei 2009

Perlunya Pendidikan Non Formal bagi Nelayan

Kemiskinan yang terdapat pada kehidupan nelayan pada umumnya, kemiskinan nelayan BaTam – Bagan Deli Belawan khususnya, bermuara pada berbagai masalah, diantaranya masalah sosial.
Masalah sosial budaya yang terdapat pada kehidupan nelayan antara lain adalah:

* Rendahnya tingkat pendidikan

* Tidak terangkatnya potensi masyarakat karena tidak ada dukungan dari pemerintah setempat

* Tingginya tingkat pengangguran sehingga meningkatkan angka kriminalitas dan kerawanan sosial

* Miskin pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pekerjaannya

* Tidak tersedia wadah pekerjaan informal dan tidak ada daya kreatifitas

* Potensi yang ada tidak didukung dana/permodalan dengan pinjaman lunak dan tidak menjerat masyarakat.

Pada umumnya anak-anak nelayan mulai diajak berlayar dan ikut melaut pada usia meningkat remaja, sehingga anak nelayan akan meninggalkan bangku sekolah. Awalnya saya mengira bahwa alasan tidak melanjutkan sekolah adalah karena biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh keadaan ekonomi nelayan. Tetapi setelah berbincang-bincang dengan istri-istri para nelayan, ternyata meskipun biaya sekolah ditiadakan, anak-anak nelayan yang sudah menginjak usia remaja akan membantu ayahnya mencari nafkah. Anak laki-laki yang memasuki usia remaja membantu ayahnya melaut, sedangkan anak perempuan membantu ibunya untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, menjaga adik dan sebagainya.

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup nelayan adalah dengan meningkatkan tingkat pendidikan nelayan. Jika pendidikan nelayan rendah, maka :

* Nelayan akan sulit untuk meningkatkan kualitas hidup

* Kesadaran nelayan menjaga kebersihan lingkungan rendah

* Sulit bagi nelayan untuk dapat memiliki rumah tinggal yang sehat dan layak huni

* Nelayan akan kesulitan menggunakan teknologi untuk menujang pekerjaannya

Kenyataan bahwa anak-anak nelayan akan meninggalkan bangku sekolah dan mengikuti ayahnya melaut pada saat menjelang usia remaja, maka perlu dibuat suatu kerangka pendidikan non formal bagi para nelayan pemula ini agar mereka dapat menjadi nelayan dengan kualitas hidup yang lebih baik dari orangtuanya, sekaligus memahami perlunya menjaga kelestarian lingkungan.

Khusus bagi remaja perempuan mungkin perlu diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan ketrampilan informal seperti ketrampilan menjahit, ditambah pengetahuan mengenai kewirausahaan, kesehatan dan pengetahuan mengenai lingkungan. Dengan demikian selain dapat mandiri dalam mencari nafkah, para remaja putri ini diharapkan dapat turut serta berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Secara tidak langsung, kelak para remaja putri ini dapat menanamkan kebiasaan hidup sehat dan memelihara kebersihan lingkungan dalam lingkungan keluarga, khususnya anak-anak mereka.

Sambil berjalan pulang meninggalkan kampung nelayan Bagan Tambahan / BaTam Bagan Deli, tentunya masih dengan perasaan yang emosional dan miris melihat kenyataan bahwa di negara yang sudah merdeka lebih dari 60 tahun ini masih ada pemukiman penduduk yang demikian miskin, kotor dan jauh dari fasilitas kesehatan. Semoga pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga kemanusiaan dapat memberikan bantuan berupa pengadaan pendidikan non formal secara gratis kepada anak-anak nelayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar